Ekonomi Indonesia 2013 [?]

Ohayou sobat Aika Hiromi. Tahun 2013 baru saja terbuka. Pasti begitu banyak harapan di tahun ini. Bagi kita warga Indonesia, yang kritis terhadap kondisi bangsa, pasti sangat memperhatikan kondisi ekonomi di negara kita. Maraknya kasus korupsi di tahun 2012 yang dilakukan oleh wakil rakyat melalui kursi kekuasaannya merupakan bukti kelam kejahatan sosial negeri ini. Mungkin meraka tak sadar, bahwa mereka bisa duduk nyaman di tahta mereka karena kita (rakyat Indonesia). Tanpa kita, mereka bukanlah siapa-siapa! 

Ok lepas dari pembahasan di atas, pada awal tahun biasanya orang-orang yang ahli dalam bidang ekonomi sudah melakukan penelitian tentang ekonomi Indonesia 2013. Berikut ini adalah ulasan mengenai prediksi nasip ekonomi negara kita, yang konon "tak pasti".

Di tahun 2013 ini pemerintah memberikan asumsi pertumbuhan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 sebesar 6,8 persen. Menurut Hatta Radjasa Indonesia saat ini merupakan salah satu negara yang berpeluang menjadi pasar produksi dunia dan menjadi daerah tujuan investasi, yang berarti menunjukkan potensi Indonesia dalam perekonomian global. Tapi untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia harus berbenah dalam pembenahan dalam daya saing berupa penataan sistem logistik nasional melalui pembangunan sarana infrastruktur di daerah terpencil serta mendorong konsumsi doemstik dengan menjaga daya beli masyarakat. "Ini merupakan persoalan penting yang harus kita selesaikan dalam waktu cepat untuk menjaga pertumbuhan," katanya.
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2013 akan terkoreksi dari asumsi dalam APBN sebesar 6,8 persen menjadi 6,6 persen karena laju ekspor yang stagnan.
"Kemungkinan koreksi ke bawah memang sudah dalam hitungan kami, tapi tidak jauh dari 6,6 persen, kita tetap harus optimistis," kata Anny.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menambahkan beberapa faktor yang dapat meningkatkan optimisme pada 2013 adalah perekonomian yang cenderung stabil, permintaan domestik dengan basis kelas menengah dan ketersediaan ruang kebijakan yang cukup memadai untuk meredam risiko global.
"Ini akan menumbuhkan keyakinan pelaku ekonomi, sehingga dapat menjadi daya dorong bagi berlanjutnya proses akumulasi modal," ujarnya.
Untuk itu, Darmin memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan yang akan berkisar antara 6,3 persen-6,7 persen.
"Saya menyakini, pencapaian pertumbuhan akan menuju batas perkiraan tersebut yaitu 6,7 persen apabila simpul-simpul kendala struktural dapat kita atasi," katanya.
Situasi yang penuh dengan aura optimis tersebut juga didukung oleh analisis McKinsey bahwa pencapaian ekonomi Indonesia saat ini sangat baik karena memiliki volatilitas pertumbuhan rendah, rasio utang pemerintah kecil, Produk Domestik Bruto (PDB) cukup tinggi, serta pertumbuhan yang berada di urutan ketiga setelah China dan India.
Namun, situasi perekonomian nasional belum dirasakan memadai pada 2013, sehingga membuat beberapa lembaga riset, sektor perbankan serta lembaga multilateral internasional memberikan proyeksi pertumbuhan rata-rata dibawah 6,6 persen.
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi pertumbuhan ekonomi 2013 antara 6,3 persen-6,4 persen yang ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi.
Bank Dunia, Standard Chartered, Bank Mandiri dan Bank Danamon memberikan proyeksi sama sebesar 6,3 persen dengan penyumbang utama berasal dari sektor investasi dan industri manufaktur, meski dibayangi sentimen negatif tambahan dari domestik.
Sedangkan, Komite Ekonomi Nasional (KEN) hanya memberikan kisaran antara 6,1 persen-6,6 persen, ING Financial Market dan OCBC Bank memprediksi 6,5 persen, Bank Pembangunan Asia (ADB) memprediksi 6,6 persen dan HSBC Indonesia memberikan kisaran pesimistis 6,1 persen.
Direktur Indef Enny Sri Hartati menilai kualitas pertumbuhan ekonomi masih buruk karena pemerintah belum memberikan perhatian pada masalah keterbatasan infrastruktur yang merupakan perangkat utama pendukung investasi.
"Infrastruktur itu masalah klasik tapi perangkat utama dalam investasi. Banyak perusahaan tidak jadi berinvestasi di Kalimantan karena transportasi tidak memadai," ujarnya.
Menurut Enny, tidak meratanya pembangunan infrastruktur antara di Jawa dengan luar pulau menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian ke lahan industri secara berlebihan. Alih lahan tersebut dapat terjadi karena investor tidak mungkin membangun di luar Jawa apabila infrastruktur belum memadai.
Sementara, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti mengatakan ada beberapa faktor yang dapat menahan pertumbuhan ekonomi domestik salah satunya pada neraca pembayaran Indonesia yang diperkirakan tekanannya masih berlanjut pada 2013, menyusul impor untuk kebutuhan domestik masih cukup tinggi.
"Defisit neraca transaksi berjalan akan tetap terjadi. Indonesia tidak bisa menahan impor, hal itu dipicu dari industri dalam negeri yang belum berkembang," ujarnya.
Destry menambahkan, utang luar negeri swasta yang terus mengalami peningkatan cukup luar biasa juga merupakan ancaman bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya. "Meningkatnya utang luar negeri swasta itu tidak diikuti oleh pertumbuhan ekspor, penambahan devisa negara yang salah satunya dari ekspor itu akan sulit bertambah," katanya.
Senada dengan Destry, Kepala Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan juga mengatakan defisit transaksi berjalan masih akan terjadi tahun depan pada kisaran minus 1,5 persen karena peningkatan impor dan pelemahan ekspor akibat kenaikan harga komoditas.
Menurut dia, hal inilah yang harus diwaspadai karena defisit transaksi berjalan dapat menurunkan kepercayaan para investor asing terhadap Indonesia. "Asing dapat melihat defisit transaksi berjalan ini merupakan masalah dan menimbulkan sentimen negatif sehingga sebagian dari mereka akan keluar," katanya.
Menurut Anton, hal lain yang patut diwaspadai tahun depan adalah ketidakjelasan pemulihan ekonomi di Eropa yang dapat memicu pembalikan modal serta pelambatan ekonomi di China dan India.
"Belum lagi masalah geopolitik yang dapat mempengaruhi harga minyak dunia," ujarnya. Head of Global Market HSBC Indonesia Ali Setiawan juga mengingatkan agar pemerintah mendorong pertumbuhan dengan lebih produktif melalui pembenahan sarana infrastruktur serta melakukan berbagai reformasi struktural untuk menjaga asumsi makro termasuk laju inflasi.
"Kalau hanya bergantung pada konsumsi, maka tidak akan kemana-mana. Untuk itu, pemerintah harus produktif dengan memperbaiki infrastruktur, melakukan reformasi struktural serta mendorong kepastian hukum dan daya saing," ujarnya.
Ali mengatakan sebagai salah satu upaya meningkatkan daya saing, pemerintah sebaiknya tidak lagi mengandalkan sumber daya alam sebagai pendukung utama sektor ekspor nasional dan mulai mendorong industri manufaktur barang serta jasa.
"Saat ini pertumbuhan industri kita masih kurang. Ini harus dikembangkan lagi, agar produk kita dapat bersaing dengan Malaysia dan Thailand," katanya.
Ali juga memaparkan saat ini pertumbuhan di kawasan Asia berpotensi melambat akibat penyelesaian krisis pengelolaan utang di Eropa yang masih berlarut-larut dan diprediksi masih terjadi pada 2013. "Untuk itu, semua negara termasuk Indonesia harus memiliki kebijakan untuk mengantisipasi ketidakpastian global pada tahun depan," kata Ali.
Sementara, Ekonom Bank Dunia Ndiame Diop mengatakan pertumbuhan investasi di Indonesia 2013 akan mendapat tantangan untuk menetapkan upah minimum buruh yang rumit dan penuh dengan perdebatan.
"Saat ini upah minimum provinsi di Jakarta mengalami pertumbuhan yang relatif lebih tinggi (yaitu sebesar 44 persen menjadi Rp2,2 juta) dari negara-negara lain sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi investasi yang masuk serta daya saing bisnis Indonesia," ujarnya.
Menurut Diop, proses negosiasi upah minimum dapat diperbaiki melalui pendekatan yang lebih menyeluruh, teknis dan inklusif dalam proses tawar-menawar di pasar tenaga kerja, dengan memastikan bahwa seluruh pemangku kepentingan, termasuk pekerja sektor informal, telah terwakili.
Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa kebijakan investasi dan dunia usaha Indonesia akan berada di bawah sorotan menjelang Pemilihan Umum 2014.
"Pemerintah harus secara efektif mengomunikasikan reformasi-reformasi baru merupakan langkah-langkah penting yang dapat mendukung perkiraan investasi dan terus mendorong pertumbuhan yang kuat," katanya.
Sedangkan pengamat ekonomi A Prasetyantoko menambahkan ketidakpastian perekonomian baik dari eksternal maupun internal masih cukup tinggi pada 2013 sehingga diprediksi akan masih berpengaruh terhadap ekonomi dalam negeri.
"Dari sisi eksternal, krisis global di Eropa diperkirakan akan lebih buruk pada 2013," katanya. Sedangkan dari sisi internal, lanjut dia, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) diprediksi dapat berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Kalau harga BBM bersubsidi jadi naik, hal itu dapat memukul pertumbuhan ekonomi kita," kata Prasetyantoko yang memprediksi pertumbuhan mencapai 6,3 persen pada 2013.
Menghadapi tantangan tersebut, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan akan mengupayakan langkah-langkah untuk mendorong kualitas belanja negara dan meningkatkan perekonomian nasional pada 2013.
Salah satunya dengan mengedepankan alokasi belanja modal sebanyak Rp216 triliun untuk mendukung pendanaan kegiatan infrastruktur dan mengurangi pendanaan bagi kegiatan yang bersifat konsumtif untuk direalokasi ke kegiatan produktif.
"Kemudian merancang ulang kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran, menghindari tambahan ketentuan terkait pengeluaran 'mandatory spending di masa mendatang, dan mempercepat implementasi sistem penganggaran berbasis kinerja," ujarnya.
Selain itu, pemerintah akan memperluas pelaksanaan reformasi birokrasi serta memperbaiki pola dan mempercepat penyerapan anggaran belanja yang masih lambat dan selalu menumpuk pada akhir tahun.[wol]

Kalau Indonesia ingin maju, tentunya berawal dari diri kita masing-masing, dari pemerintah yang selalu berbenah tentang apa yang kurang di negeri ini, memberantas semua tikus yang ada di kursi pemerintahan. Dan kita sebagai warga negara, jangan mau suaran kalian di beli oleh uang mereka. Kalian menerima uang mereka, berarti menggadaikan masa depan bangsa. 

Ok sekian ulasan kali ini, terimaksih untuk Harian Mandiri
Share:

No comments:

Post a Comment

Terimakasih telah berkunjung ^^
Kritik dan saran silahkan tinggalkan komentar ya...